Beruntunglah Jika Anak Pertama Kamu Perempuan, Ini Alasannya!
Jumat, 20 Desember 2019
Edit
Anak adalah anugrah terindah sekaligus amanah (titipan) yang
Allah berikan kepada setiap orang tua.
Oleh karena itu orang tua hendaknya memperhatikan kebutuhan
dan perkembangan anak-anaknya, agar mereka tumbuh menjadi anak yang sehat, baik
jasmani maupun rohani, dan barakhlaqul karimah serta memiliki intelegensi yang
tinggi.
Sehingga yang lebih penting adalah berusaha mensyukuri kehadiran semua anaknya. Baik dikasih anak perempuan maupun laki-laki.
لِلَّهِ
مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ يَخْلُقُ مَا
يَشَاءُ ۚ يَهَبُ لِمَنْ
يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ
“Hanya kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia
menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada
siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia
kehendaki.” (QS. as-Syura: 49)
Dilansir dari islamidia, dalam ayat ini, ketika Allah
menceritakan nikmat anak yang Allah berikan kepada hamba-Nya, Allah awali
dengan anak perempuan, baru anak lelaki.
Sebagian ulama memahami, urutan ini bukan tanpa makna.
Artinya, bisa jadi mereka yang dikaruniai Allah anak perempuan sebagai anak
pertama, itu merupakan tanda kebaikan untuknya.
Al-Qurthubi dalam tafsirnya membawakan keterangan sahabat
Watsilah bin al-Asqa’,
“Bagian dari keberkahan wanita, ketika dia melahirkan anak
pertamanya berjenis kelamin perempuan, sebelum anak laki-laki. Karena Allah
berfirman, (yang artinya):
“Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia
kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki”.
Dalam ayat ini Allah mulai dengan anak perempuan.” (Tafsir al-Qurthubi, 16/48).
Haditsnya Dhaif
Terdapat riwayat yang marfu’ dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam yang menyebutkan bahwa keberkahan wanita, ketika anak pertamanya
perempuan. Namun semua riwayat marfu’ ini statusnya dhaif.
Diantaranya, disebutkan asy-Syaukani dalam tafsirnya,
riwayat yang dibawakan Ibnu Mardawaih dan Ibnu Asakir dari Watsilah bin Asqa’
secara marfu’,
“Bagian dari keberkahan wanita, anak pertamanya perempuan.
Karena Allah berfirman (yang artinya), Dia memberikan anak-anak perempuan
kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa
yang Dia kehendaki.” (Fathul Qadir, 4/776)
Demikian pula diriwayatkan ad-Dailami dalam musnadnya dari
Aisyah secara marfu’,
“Bagian dari keberkahan wanita kepada suaminya, mahar yang
murah dan anak pertama perempuan”. (hadis ini di-dhaif-kan as-Sakhawi dalam
al-Maqashid al-Hasanah).
Terlepas dari status hadisnya yang bermasalah, anak adalah
anugrah dari Allah. Sementara manusia tidak memiliki pilihan untuk menentukan
jenis kelamin buah hatinya.
Karena anak adalah hibah dari Allah, sementara manusia hanya
bisa meminta. Sehingga yang lebih penting adalah berusaha mensyukuri kehadiran
semua anaknya.
Para ulama menilai keberuntungan bagi yang memiliki anak
perempuan, untuk membangun sikap optimis terhadap setiap anugrah yang Allah
berikan.
Agar jangan sampai muncul perasaan sial, seperti yang
diyakini masyarakat jahiliyah.
Allah ceritakan karakter mereka dalam al-Qur’an,
وَإِذَا
بُشِّرَ أَحَدُهُم بِالْأُنثَىٰ ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا
وَهُوَ كَظِيمٌ () يَتَوَارَىٰ مِنَ الْقَوْمِ مِن
سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ
ۚ أَيُمْسِكُهُ عَلَىٰ
هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي
التُّرَابِ
“Apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan
(kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat
marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita
yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung
kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)?… ” (QS.
an-Nahl: 58 – 59)
Orang tua hendaknya menjadi figure atau contoh buat
anak-anaknya. Karena anak merupakan cermin dari orang tuanya.
Jika orangtuanya rajin shalat berjama’ah misalnya, maka
anak-pun akan mudah kita ajak untuk shalat berjama’ah.
Jika orang tua senantiasa berbicara dengan sopan dan lembut,
maka anak-anak mereka-pun akan mudah menirunya.
Dan yang tidak kalah pentingnya adalah orangtua hendaknya
memperhatikan pergaulan anak-anaknya di dalam masyarakat.
Karena teman juga sangat berpengaruh kepada perkembangan
kepribadian serta akhlak anak-anak mereka.
Semoga kita semua diberi kekuatan dan kemudahan dalam
membina dan mengarahkan anak-anak kita kepada kelompok qurrota a’yun.
Aehingga mereka menjadi penyejuk hati, dan pembawa
kebahagiaan bagi kedua orangtuanya baik di dunia maupun di akhirat.